Ibu Sukamti namanya, rutinitasnya ialah menjadi petani enceng gondok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam sehari rata-rata beliau bisa mengumpulkan 5-10 kg. Enceng gondok tidak bisa langsung dijual, akan tetapi dikeringkan terlebih dahulu, dijemur di bawah terik matahari selama 3-4 hari. Baru setelahnya dibeli oleh pengepul seharga lima ribu rupiah per kilonya.
Di tempat kami, Desa Kesongo, daerah pinggiran Rawa Pening, yang notabene penghasil terbesar enceng gondok, mayoritas masih sebatas petani enceng gondok.
Kami @bengokcraft berkeinginan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan mengolah enceng gondok menjadi aneka barang kerajinan, dengan turut melibatkan warga sekitar. Sehingga nantinya tempat kami tidak hanya dikenal sebagai penghasil enceng gondok, tetapi juga bisa menjadi sentra kerajinan enceng gondok dengan para perajin yang diinisiasi oleh warga.
Bengok Craft, kreasi tangan yang terbuat dari enceng gondok. Mengolah tanaman yang dianggap sebagai gulma dan tak berdaya guna. Melalui tangan-tangan kreatif, kami mereduksi enceng gondok dijadikan aneka barang kerajinan.
Misi kami adalah :
– Mengolah enceng gondok menjadi barang kerajinan
– Membuka ruang berkreasi dan berkarya bagi masyarakat sekitaran